Persaingan antara software berbasis Open
Source dan Non Open Source semakin tinggi. Gerakan Open Source dengan
konsep Free (Bebas), meski baru mulai populer pada beberapa waktu lalu
mulai memberikan alternatif pilihan software kepada semua orang. Kini
hampir semua software propietary (Software Non Open Source) memiliki
padanannya pada sistem Open Source. Bagi pengambil keputusan untuk
meggunakan software tentu saja persaingan ini memberikan pilihan baru,
namun di sisi lain tentu saja memberikan masalah dalam hal pemilihan
yang tepat untuk organisasi. Total Cost of Ownership dapat menjadi salah
satu bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan implementasi software
pada sebuah organisasi maupun individu.
1. Total Cost of Ownership
Total Cost of Ownership adalah biaya
yang dikeluarkan akibat dari kepemilikan sebuah software. TCO menjadi
penting karena setiap organisasi tentu menginginkan cost yang di
keluarkan dapat ditekan serendah mungkin. Dengan memilih untuk
menggunakan sebuah software untuk mendukung operasional organisasi, TCO
yang dikeluarkan harus dihitung agar dapat dengan bijak menekan
pengeluaran organisasi.
Komponen TCO dan Implikasinya dengan kepemilikan software
TCO merupakan gabungan dari beberapa komponen biaya, biaya tersebut dapat berupa:
- Harga
- Biaya kesempatan (Opportunity Cost)
- Biaya Adaptasi
- Biaya lainnya
Harga adalah biaya yang dikeluarkan pada
saat kita membeli sebuah software. Dalam memilih sebuah software untuk
diimplementasikan dalam organisasi dapat menutup kesempatan yang didapat
ketika meggunakan software lain, hal ini dapat di katakan sebagai
Opportunity Cost. Ketika kita memilih Software non Open Source sebaagi
solusi untuk organisasi kita, maka kita menutup kesempatan untuk
mengembangkan sendiri software tersebut. Hal ini disebut opportunity
cost yang timbul. Pada saat kita memilih menggunakan sebuah software,
maka saat itu juga environment kerja akan berubah. Dari hal kecil
misalnya Interface yang tidak sama, sampai hal-hal yang cukup signifikan
seperti kesiapan operator (terkait dengan pelatihan). Biaya adaptasi
menjadi salah satu isu utama pengambil keputusan untuk melakukan migrasi
ke sistem Open Source saat ini.
Biaya lain yang terkait dengan TCO dapat
berupa biaya yang akibat dari kehandalan. Semakin handal sebuah
software, maka biaya untuk memperbaiki maupun kesempatan yang hilang
akan dapat dapat ditekan. Faktor keamanan sebuah software juga menjadi
pertimbangan dalam menganalisa TCO. Semakin aman sebuah software, maka
biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi gangguan keamanan (hacker,
intruder, kesalahan user) juga semakin kecil.
2. Open Source
Gerakan Open Source sebagai alternatif
software berkembang pesat setelah GNU/Linux di rilis oleh Linus Torvalds
pada tahun 1991. Open Source lebih bersifat gerakan karena siaftnya
yang tidak terikat pada salah satu perusahaan maupun organisasi
Sifat dari Software Open Source
sebenarnya adalah Free, namun kata Free disini lebih berarti bebas
ketimbang gratis. Dalam Stallman (2004), ada beberapa kategori sehingga
sebuah software dapat di katakan Free, yaitu:
- Kebebasan menjalankan program untuk apapun tujuannya (Kebebasan 0)
- Kebebasan untuk mempelajari bagaimana program itu bekerja serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita (Kebebasan 1). Akses terhadap kode program merupakan prasyarat
- Kebebasan untuk menyebarluaskan kembali hasil salinan perangkat lunak tersebut, sehingga dapat membantu seasma kita (Kebebasan 2)
- Kebebasan untuk meningkatkan kinerja program, dan dapat menyebarkannya ke khalayak umum sehingga semua dapat menikmati keuntungannya (Kebebasan 3)
Dari ciri Open Source di atas dapat
dilihat bahwa faktor utama dari software Open Source bukanlah pada
harga, namun pada kebebasan kita sebagai pengguna. Sehingga dapat saja
sebenarnya sebuah software Open Source lebih mahal dibanding software
Non Open Source.
Harga software Open Source
Meskipun harga bukanlah menjadi ciri
dari software Open Source, namun sudah menjadi kenyataan bahwa banyak
sekali software berbasis Open Source bisa didapatkan secara gratis.
Software semisal Open Office yang setara dengan Microsoft Office bisa
didapat gratis saat kita membeli CD Linux.
Dengan banyaknya software Open Source
yang didistribusikan secara gratis, maka menjadi sebuah alternatif
pilihan yang sangat baik bagi pengambil keputusan. Hal ini terkait
dengan strategi pengurangan biaya (Cost Reduction) bagi perusahaan.
Kompatibilitas software Open Source dengan software Lainnya
Karena gerakan Open Source baru populer
lama setelah software non Open Source ada dan cukup matang keberadaanya,
tentu lebih banyak yang menggunakan software non Open Source. Kondisi
yang ada adalah, mayoritas software yang digunakan adalah software non
Open Source. Hal ini menjadi tantangan bagi software Open Source.
Mayoritas software non Open Source telah
memiliki padanannya pada software Open Source. Padanan software dapat
berarti software tersebut dapat digantikan oleh software lain karena
fungsi-fungsi yag dibutuhkan tersedia pada software pengganti. Selain
itu kompatibilitas berarti hasil olahan software dapat di edit
menggunakan software sejenis dari platform yang berbeda. Misalkan sebuah
file hasil editing dari Microsoft Office dapat di rubah dan diedit
kemlai menggunakan Open Office, begitu pula sebaliknya.
Kemudahan Penggunaan dan Adaptasi Pengguna
Kemudahan penggunaan dan adaptasi
pengguna selalu menjadi masalah utama bagi software Open Source, dan
juga menjadi senjata utama bagi para vendor software untuk menyerang
publisitas software Open Source. Harus diakui software Open Source
memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari pada software lainnya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
- Pengembang software Open Source lebih banyak sdalah programmer murni, sedangkan pada perusahaan software yang telah mapan biasanya disertakan psikolog dalam proses pengembangansehingga lebih user friendly.
- Masyarakat telah terbiasa menggunakan software non Open Source, sehingga akan merasa asing jika menggunakan software baru (People don’t want to change)
- Penggunaan software Open Source yang masih relatif lebih sedikit tentu memberikan umpan balik kepada pengembang yang lebih sedikit pula, hal in berakibat pada proses perbaikan (terutama dari sisi kemudahan) yang lebih lambat.
Kemudahan selalu berkaitan dengan dengan
biaya yang harus dikeluarkan. Dengan software yang mudah, tentu biaya
untuk pelatihan, waktu yang terbuang untuk adaptasi serta kesalahan yang
timbul tentu menjadi lebih sedikit. Hal ini harus menjadi perhatian
dalam menentukan pilihan software yang akan digunakan.
Kehandalan
Sebuah sistem komputer dapat dikatakan
handal ketika sistem tersebut berfungsi sebagai mana tujuannya dan dapat
digunakan kapan pun dibutuhkan ( Man & Mitchell, 2000). Lebih jauh
Mann dan Mitchell (2000) menjelaskan bahwa beberapa faktor dapat
menyebabkan turunnya kehandalan sebuah sistem yaitu, kegagalan sistem
yang tidak terjadwal, kesalahan manusia, bugs pada software ataupun
karena serangan Denial of Service Attack.
Wheatley (2004) menceritakan pengalaman
John Alberg, seorang Chief Information Officer pada Employease, sebuah
perusahaan perusahaan di Amerika. Alberg menggatakan bahwa dengan
menggunakan Linux jauh lebih handal ketimbang Windows NT. “Dengan NT
kami mendapati bahwa setiap hari biasanya ada saja server yang rusak.
Namun dengan Linux paling banyak adalah dua kali dalam sebulan, bahkan
tidak sama sekaliâ€. Hal ini namun sangat subjektif pada sebuah
organisasi saja dan belum bisa menjadi ukuran perbandingan secara
keseluruhan.
3. Software non Open Source
Software non Open Source dapat
diidentifikasikan sebagai semua software yang tidak mengadopsi model
Open Source. Software ini dapat juga diistilahkan sebagi software
proprietary (software tidak bebas/berpemilik). Meskipun penulis sadar
bahwa tidak semua software non Open Source adalah Propietary, namun
dalam konteks ini kita penulis bermaksud menyederhanakan terminologi
yang ada . Sifat utama software ini dikaitkan dengan Total cost of
Ownership adalah biaya pembelian yang pada umumnya lebih tinggi
dibanding dengan software Open Source.
Sifat lain dari Software non Open Source
adalah ketergantungan dengan vendor pembuat software. Disatu sisi ini
memberikan keuntungan kepada konsumen karena dukungan servis yang
relatif lebih tinggi (dilihat dari sisi perjanjian pembelian), namun hal
ini tentu membuat keleluasaan konsumen menjadi berkurang. Jika di
bandingkan dengan Software Open Source yang memberikan keleluasaan
kepada pengguna untuk melakukan kostumisasi program (karena hak akses
terhadap kode sumber diberikan), tentu Software non Open Source lebih
merepotkan.
Kemudahan Penggunaan Software non Open Source
Software Software non Open Source
biasanya telah lebih dulu populer di banding dengan Software Open
Source. Hal ini tentu memberikan tingkat adaptasi user yang lebih
tinggi. Selain itu dominasi Software non Open Source yang lebih mature dibanding Software Open Source menjadikan sebagian besar Software non Open Source lebih mudah untuk digunakan.
4. Implikasi Penggunaan Software Open Source dan non Open Source pada Total Cost of Ownership sebagai acuan pemilihan Software
Pada beberapa kasus, Software non Open
Source dapat mengungguli Software Open Source dengan TCO yang lebih
rendah. Atomic System IP, Ltd, sebuah perusahaan penyedia jasa hosting
Internet adalah sebuah cantoh kasus. Dengan menggunakan Windows 2000
yang menggantikan Red Hat Linux mereka dapat menekan TCO hingga 50%
(Microsoft, 2004). Tentu hal ini berlaku pada lingkungan organisasi yang
spesifik.
Dalam beberapa survey dan penelitian,
Software Open Source memiliki TCO yang jauh lebih rendah dibanding TCO
pada Software non Open Source.Dalam kasus Robert Frances Group (Orzech,
2002) terlihat bahwa Software Open Source memiliki TCO lebih rendah dari
50% dibanding dengan Software non Open Source.
Dari beberapa penelitian dan studi
kasus di atas, dapat dilihat bahwa tinggi maupun rendahnya TCO dari
software sangat bergantung dari lingkungan dimana software tersebut
digunakan. Selain itu riset yang ada sangat jarang dilakukan oleh
lembaga yang independen, sehingga terkesan sebagai alat publikasi produk
tertentu. Dalam Roblimo (2004), kita dapat melihat bahwa ‘pesan
sponsor’ tentu ada dalam riet yang dibiayai oleh vendor. Hal ini
menjadi relevan karena sebuah vendor tidak akan mungkin membiayai atau
mempublikasi riset yang merugikan popularitas produk. Hal ini menjadikan
hasil riset tersebut bias dan cenderung berpihak.
Lebih jauh Rublimo (2004) memaparkan
bahwa sebagai acuan untuk menentukan TCO, riset semacam ini masih dapat
digunakan. Yang perlu diperhatikan adalah situasi dan kondisi perusahaan
tempat riset dilaksanakan karena penghitungan TCO dan kinerja sangat
spesifik pada lingkungan tertentu.
Selain itu kita juga dapat menggunakan
review yang dilakukan oleh pengguna dan kalangan akademis untuk menjadi
acuan yang lebih independen. Hal ini tentu untuk mengurangi bias yang
timbul karena pembiayaan riset yang diberikan oleh vendor software.
Pro dan kontra antara pengguna Software
Open Source dan Software non Open Source dalam melihat yang lainnya dari
sisi TCO dapat digambarkan dengan grafik berikut:
Sumber: http//:www.netc.org/openoptions/images/gif/tco.gif
5. Kesimpulan
Dengan banyaknya review dan
pertimbangan pemilihan software untuk diiplementasikan dalam sebuah
organisasi, maka standar acuan pemilihan semakin diperlukan. Di satu
sisi hal ini dapat menjadi ‘pegangan’ untuk pengambil keputusan
dalam mengadopsi sebuah teknologi (baca:software). Di sisi lain ini
dapat menjadi justifikasi dipilihnya sebuah software.
TCO (Total Cost of Ownership) dapat
menjadi salah satu cara atau acuan untuk pemilihan sebuah software guna
diimplementasikan dalam sebuah organisasi. Meskipun tidak selalu
merepresentasikan kebutuhan perusahaan sebenarnya, namun tetap dapat
menjadi bahan pertimbangan.
Banyak sekali benchmarking, review
maupun publikasi pengalaman organisasi dalam implementasi software, baik
Open Source maupun non Open Source. Meskipun tidak semua hasil tersebut
dapat menjadi pertimbangan utama, namun dapat menjadi masukan kepada
pengambil keputusan. Sehingga tidak layak klaim bahwa “Software saya
paling tepat untuk semua kondisiâ€, jika mengingat bahwa software dapat
diimplementasikan dalam lingkungan kerja dan organisasi yang berbeda
No comments:
Post a Comment